Dua Bos Facebook Disebut ‘Bentrok’ Gegara Trump, Ada Apa?

1 min


113
Dua Bos Facebook Disebut 'Bentrok' Gegara Trump, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Facebook, Mark Zuckerberg dan COO Facebook Sheryl Sandberg yang merupakan dua orang terkuat di perusahaan teknologi dan jejaring aplikasi media sosial paling populer di dunia itu kabarnya bentrok yang dipicu persoalan bagaimana cara menangani politik, saat kepemimpinan Presiden AS ketika dijabat Donald Trump.
Zuckerberg disebut sudah selaras dengan pandangan Sandberg dibandingkan dengan saat ia pertama kali mempekerjakan Sandberg 13 tahun yang lalu.
Zuckerberg juga sering mengkritik cara Sandberg menangani komunikasi terkait dengan campur tangan asing di Pemilu AS dan Cambridge Analytica.

Cambridge Analytica adalah perusahaan konsultan politik asal Inggris yang membantu kliennya di sejumlah negara.

Hal ini terungkap dalam kutipan buku ‘An Ugly Truth: Inside Facebook’s Battle for Domination’ yang ditulis oleh Cecilia Kang dan Sheera Frankel. Dalam kutipan buku yang diterbitkan di New York Times, kedua penulis mengklaim bahwa hubungan antara Zuckerberg dan Sandberg mulai berubah.
Buku ini juga mengumpulkan kesaksian dari mantan dan karyawan Facebook saat ini di semua tingkat bisnis.
Juru bicara Facebook Dani Lever langsung membantah apa yang tertuang pada buku tersebut. Penulis buku itu membuat narasi palsu berdasarkan wawancara selektif, fakta yang dipilih-pilih, dan komentar dari karyawan yang tidak puas.
“Keretakan yang digambarkan oleh penulis antara Mark dan Sheryl dan orang-orang yang bekerja dengan mereka itu tidak ada,” kata Lever, mengutip Detiknews, Sabtu (10/7/2021).
“Semua bawahan langsung Mark bekerja erat dengan Sheryl, begitu juga bawahan Sheryl dengan Mark. Peran Sheryl di perusahaan tidak berubah. Kutipan ini adalah serangan tipikal terhadap pemimpin wanita — menyangkal kekuasaan mereka, mengabaikan kompetensi mereka, dan meminggirkan peran dan hubungan mereka,” sambungnya.
Buku ini mengisahkan bagaimana Sandberg bekerja sebagai tangan kanan Zuckerberg untuk urusan politik karena latar belakang yang dimilikinya.
Namun, saat Donald Trump terpilih menjadi presiden AS pada 2016, Zuckerberg mulai tidak setuju dengan pandangan Sandberg yang tidak menyukai Trump, di mana imbasnya Zuckerberg pun jadi semakin sering membuat keputusan politik sendiri.
“Mark dan Sheryl telah menghabiskan lebih banyak waktu dalam urusan kebijakan — termasuk mempekerjakan anggota yang lebih senior, termasuk Nick Clegg yang melapor ke Sheryl,” kata Lever.
Salah satu kejadian yang membuat hubungan keduanya renggang adalah saat video Ketua DPR AS Nancy Pelosi yang dimanipulasi viral di Facebook.
Zuckerberg memutuskan membiarkan video tersebut di Facebook, tapi Sandberg berargumen video tersebut harus dihapus karena melanggar aturan soal disinformasi.
Kutipan buku ini diterbitkan tidak lama setelah Trump menggugat Facebook dan CEO-nya Mark Zuckerberg karena tidak terima akunnya telah dimatikan.
Trump juga menggugat Twitter dan CEO Jack Dorsey, serta Google dan CEO Sundar Pichai.
Bahkan Trump yang dikalahkan Joe Biden di Pilpres AS mengatakan, dengan dihapusnya akun tersebut, ketiga perusahaan itu sudah melanggar hak Amandemen Pertama. Dia menambahkan banyak tokoh konservatif yang disensor oleh ketiga perusahaan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]

(tas/tas)


Like it? Share with your friends!

113

What's Your Reaction?

Marah Marah
0
Marah
Suka Suka
0
Suka
Kaget Kaget
0
Kaget
Muntah Muntah
0
Muntah
Sedih Sedih
0
Sedih
Ketawa Ketawa
0
Ketawa
Cinta Cinta
0
Cinta
Ngakak Ngakak
0
Ngakak