Facebook Cs dan Intelijen Bahas Keamanan Medsos di Pilpres AS 2020

1 min


122
Facebook Cs dan Intelijen Bahas Keamanan Medsos di Pilpres AS 2020

RMco.id  Rakyat Merdeka – Raksasa internet Facebook, Google, Twitter dan perusahaan teknologi Microsoft bertemu dengan badan intelijen Amerika Serikat untuk membahas keamanan dunia maya menjelang pemilu presiden AS pada November 2020 mendatang.

“Tujuannya untuk merespons diskusi-diskusi sebelumnya dan memperkuat strategi kolaborasi tentang keamanan negara bagian AS, federal dan pemilu presiden 2020,” kata kepala kebijakan keamanan siber di Facebook, Nathaniel Gleicher, dikutip dari Reuters.

Berita Terkait : Bernie Sanders Nyalon
Di Pilpres AS 2020Pertemuan tersebut diadakan di markas Facebook Menlo Park, dihadiri perwakilan FBI, Kantor Direktur Intelijen Nasional dan Departemen Keamanan Dalam Negeri pada Rabu (5/9) waktu setempat.

“Secara spesifik, peserta membahas bagaimana industri dan pemerintah dapat memperbaiki bagaimana kita berbagi informasi dan koordinasi respons kami untuk mendeteksi dan mencegah ancaman,” kata Gleicher.

Berita Terkait : Ya Allah… Kok Tragis Amat Ya Urusan PilpresJuru bicara Twitter juga menyatakan pertemuan tersebut menbahas respons terhadap ancaman di dunia maya. “Kami berkomitmen untuk melakukan tugas kami,” kata Twitter. Google, mengenai pertemuan tersebut, menyatakan sudah berinvestasi membuat sistem yang dapat mendeteksi phishing dan percobaan peretasan hingga mengidentifikasi intervensi asing di platform mereka.

“Teknologi hanya salah satu dari solusi tersebut,” kata direktur Google untuk penegakan hukum dan informasi keamanan, Richard Salgado.

Baca Juga : Kondisi Stabil, Layanan Data Internet di Papua dan Papua Barat Mulai DibukaSementara Microsoft menyatakan perlu ada kolaborasi untuk menjaga keamanan siber menjelang pemilu. “Merupakan yang penting bagi industri, penegak hukum dan pemangku kepentingan lainnya untuk berkolaborasi mencegah ancaman terhadap integritas pemilu,” kata Microsoft.

Media sosial (Medsos) mendapat kritik tajam saat pemilu AS 2016 karena diduga menjadi tempat penyebaran propaganda asal Rusia yang membantu Presiden Donald Trump menang. Rusia membantah tuduhan tersebut.[MEL]

 


Like it? Share with your friends!

122

What's Your Reaction?

Marah Marah
0
Marah
Suka Suka
0
Suka
Kaget Kaget
0
Kaget
Muntah Muntah
0
Muntah
Sedih Sedih
0
Sedih
Ketawa Ketawa
0
Ketawa
Cinta Cinta
0
Cinta
Ngakak Ngakak
0
Ngakak