Hilang Selama 20 Tahun, Pria Asal Garut Ditemukan Berkat Bantuan Google Translate Halaman all

3 min


149
Hilang Selama 20 Tahun, Pria Asal Garut Ditemukan Berkat Bantuan Google Translate Halaman all

MADIUN, StikerWA.com – Ketua Yayasan Citra Paramita Zwastika, Bima Primaga Yudha, tak menyangka sosok pria penderita gangguan jiwa yang ditemukan di area parkir saat acara safari Ramadhan wali kota Madiun, Selasa (13/5/2019), merupakan orang yang dicari keluarganya hingga puluhan tahun lamanya.
Sosok Agus Bustanul Arifin (45), warga Desa Sindang Suka, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, itu dinyatakan hilang oleh keluarganya selama 20 tahun. Agus hilang saat hendak dipulangkan dari sebuah pondok rehabilitasi orang gangguan jiwa di Yogyakarta. Keluarga Agus sempat mencari pria itu hingga lima tahun ke berbagai tempat.
Namun, tak satupun yang mengetahui keberadaan jejak Agus. Setelah mencari begitu lama dan tidak mendapatkan petunjuk, keluarga akhirnya pasrah.
Pekan lalu jejak Agus yang 20 tahun menghilang akhirnya terendus. Agus teridentifikasi keberadaanya setelah diamankan petugas Satpol PP di sebuah area parkir. Saat ditemukan, Agus nampak gelisah. “Kemarin pada tanggal 13 Mei kami mendapatan kiriman dari Satpol PP Kota Madiun seorang pria yang mengalami gangguan jiwa dalam kondisi gelisah. Pria bernama Agus Bustanul dengan kondisi gangguan jiwa itu ditemukan di area parkir. Setelah dibawa ke dinas sosial, didata, dan dilakukan pengobatan akhirnya pasien yang gelisah lebih tenang,” ujar Bima kepada StikerWA.com, Selasa (21/5/2019).
Baca juga: Kisah Painah, Berjualan Jamu Gendong di Usia Senja Agar Bisa Makan Bima mengatakan, untuk berkomunikasi dengan Agus tidaklah gampang. Agus hanya mampu berbahasa Sunda. Padahal tim ingin menggali asal usul Agus agar bisa diketahui keluarganya. Tak kehilangan akal, timnya menggunakan aplikasi Google Translate yang bisa menerjemahkan bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.
Meski terjemahannya agak kaku, Agus masih mengingat dari mana dia berasal. Agus menyebut asal tinggalnya berada di Cigadok-Cibatu. “Saya berusaha menggunakan aplikasi Google Translate karena bisa menerjemahkan dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia. Kemudian kami menggunakan aplikasi tersebut dan berlahan-lahan menanyakan kepada Agus walaupun sedikit kaku. Dia menyampaikan asal daerahnya di Cigadok,Cibatu,” kata Bima.
Baca juga: Kisah Perjuangan Alyza, Anak Tukang Sampah yang Diterima Kuliah di UGM Setelah mengetahui asal-usul Agus, Bima lalu membuat video yang menampilkan sosok Agus disertai suaranya.
Dalam video itu Agus menyebut asal-usulnya dari Kabupaten Garut. Setelah video itu jadi, dishare ke Facebook di grup wilayah Garut. Harapannya, barangkali orang Garut atau Cibatu minimal mengetahui keberadaan dan mengenal Agus. Tak lama kemudian, seorang dari sebuah akun Facebook menghubunginya dan menanyakan perihal ciri-ciri Agus. Pemilik akun kemudian menghubungi Bima dengan telepon video dan memastikan Agus itu benar-benar warga Cibatu.
Kemudian dilakukan video call, ternyata benar. Lalu keluarganya datang ke Madiun, Jumat (17/5/2019) lalu.
Keluarga tak yakin
Bima menjelaskan, mulanya keluarganya tidak yakin bahwa Agus yang ditemukan terlantar di Kota Madiun merupakan sosok Agus yang hilang sejak 20 tahun lalu.
Pasalnya, Agus yang dahulu dengan sekarang jauh berbeda.
“Kalau dahulu Agus agak gemukan sekarang menjadi kurusan dan lebih hitam,” ungkap Bima. Bima mengungkapkan Agus merupakan anak dari tokoh di Desa Sindang Suka. Agus merupakan satu-satunya anak lelaki Abah Owi. Abah Owi merupakan salah satu anjengan atau kiai.
Kemudian setelah hilang, ibunya berpikir hingga sakit, sedangkan ayahnya meninggal.
Sebelum hilang, Agus yang mengalami gangguan jiwa dibawa ke pesantren yang merehabilitasi orang gangguan jiwa di Yogyakarta. Setelah direhabilitasi, kondisi Agus diperkirakan sudah membaik pada saat hendak Lebaran dan diarahkan untuk pulang. Lalu Agus diantar pulang ke Terminal Jogja. Namun, saat itu Agus tidak sampai rumah. Keluarganya sempat mencari hingga lima tahunan, tapi tidak menemukan keberadaan Agus.
Keluarga sudah berusaha mencari kemana-kemana bahkan lapor polisi.
“Informasinya sebelum mengalami depresi, Agus menjadi tumpuan harapan bapaknya agar bisa melanjutkan tongkat kepemimpinan bapaknya. Diharapkan menjadi ustadz,” kata Bima.
Ditanya kemana saja 20 tahun Agus berkelana, Bima mengatakan tidak mengetahui pasti lantaran terkendala bahasa.
Hanya saja umumnya, orang yang mengalami gangguan jiwa hidupnya menggelandang.
“Kalau saya melihat kondisi Agus, tidak ada penolakan saat diberikan obat. Dengan demikian ada kemungkinan Agus pernah dirawat di RSJ,” ujar Bima.
Pengobatan
Menurut informasi dari keluarganya, jelas Bima, sakitnya Agus sudah lama menderita gangguan jiwa. Agus berperilaku temperamental sejak usai 20 tahunan. Keluarganya juga mencari solusi lantaran pengobatan jiwa tidak mudah seperti saat ini.
“Dahulu belum ada BPJS, sehingga kesulitan mau mengakses fasilitas kesehatan gratis. Akhirnya keluarga membawa Agus ke pondok pesantren yang menangani depresi,” ungkap Bima. 
Penyebab depresi Agus, jelas Bima, bisa jadi karena keinginan orangtuanya, dimana ayahnya seorang tokoh agama. Ayahnya saat itu meminta jika sudah cukup umur, Agus bisa menggantikan posisinya.
Apalagi Agus satu-satunya anak laki-laki.
“Bisa jadi saat itu Agus menginginkan hidup di jalur lain, tetapi lantaran keinginan orangtuanya seperti itu maka bisa menjadi penyebab orang stres,” jelas Bima. Saat hendak dipulangkan ke Garut, ia menyarankan keluarganya untuk membawa Agus ke puskesmas Cibatu mencari obat anti depresi sehingga tidak putus obat. Namun, secara medis masih bisa dikendalikan.
Hanya saja untuk pengobatannya harus dilakukan setiap hari sehingga menstabilkan hormon dopamine di dalam otaknya.
“Kalau obatnya telat atau putus maka beresiko hingga menimbulkan berhalusinasi seperti tertawa sendiri kemudian suasana hati tidak bagus dan tiba-tiba temperamen. Mungkin bisa sampai seumur hidup,” jelas Bima.
Bahagia
Dedy Prayitna, keluarga Agus yang tinggal di Garut saat dihubungi StikerWA.com, mengatakan, bahagia karena Agus yang hilang 20 tahun lalu sudah ditemukan.
Dedy sendiri yang menjemput Agus setelah ditemukan di Kota Madiun.
“Kami sekeluarga bahagia dan senang karena Agus yang hilang 20 tahun lalu akhirnya ditemukan,” kata Dedy Setibanya di kampung halaman, Senin (20/5/2019), kata Dedy, Agus langsung dipertemukan dengan ibundanya bernama Mas Miah yang berada di Cigalumpit.
Saat pertemuan itu, sanak saudara bersama tetangga pun ikut terharu dan bahagia menyaksikan bertemunya ibu dan anaknya yang hilang 20 tahun.
“Ibunya sampai tidak berhenti menangis saat bertemu Agus,” ujar Dedy. Setelah tiba di rumah, Agus kini dirawat Dedy bersama istrinya, dan ibu kandung Agus. Agus sudah dibawa ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan pengobatan.
“Untuk kegiatannya di rumah, Agus kini banyak membantu kami membuat kue kering,” ujar Dedy.


Like it? Share with your friends!

149

What's Your Reaction?

Marah Marah
0
Marah
Suka Suka
0
Suka
Kaget Kaget
0
Kaget
Muntah Muntah
0
Muntah
Sedih Sedih
0
Sedih
Ketawa Ketawa
0
Ketawa
Cinta Cinta
0
Cinta
Ngakak Ngakak
0
Ngakak