Kenali Beberapa Modus Pembajakan WhatsApp Ini

2 min


101
Kenali Beberapa Modus Pembajakan WhatsApp Ini

Pembajakan WhatsApp (WA) selama beberapa waktu marak dialami warga Cirebon. (ilustrasi Pixabay)

KESAMBI, AYOCIREBON.COM — Pembajakan WhatsApp (WA) selama beberapa waktu marak dialami warga Cirebon.

Keluarga hingga kolega pemilih sah WA tak jarang menjadi korban penipuan akibat ulah pembajak. Pembajak rerata meminta pulsa hingga uang tunai.

Mochamad Sulaeman (52), warga Kelurahan Drajat, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, menjadi salah satu korban pembajakan WA setelah dirinya berkenalan dengan seseorang melalui Facebook (FB).

“Awalnya kenalan sama orang di FB, kemudian komunikasi dilanjut ke Messenger,” kata pria yang akrab disapa Pak Len ini kepada Ayocirebon.com, Kamis (18/3/2021).

Komunikasi yang cukup intens antar keduanya membuat Pak Le suatu kali memberikan nomor WA miliknya kepada tersangka pembajak.

Kepada Pak Le, tersangka meminta mengirimkan balik 6 digit nomor yang akan diterimanya melalui SMS.

“Saya percaya saja waktu itu, entah kenapa pikiran saya juga sedang blank (kosong),” kemukanya.

Maka, ketika SMS dimaksud diterimanya, Pak Le pun mengirimkan 6 digit nomor yang tertera kepada tersangka pembajak melalui Messenger.

Selang beberapa waktu, Pak Le tak bisa mengakses WA miliknya. Sementara, kenalannya di FB menghilang sebab dia tak dapat berkomunikasi kembali melalui Messenger seperti sebelumnya.

“WA saya nge-blank, nggak bisa dipake sama sekali. Nggak ada WA masuk, juga saya nggak bisa kirim WA,” tuturnya.

Tetiba, Pak Le menerima SMS berisi pesan dirinya dapat kembali mengakses WA sekitar 10 jam kemudian.

Semula, Pak Le tak menyadari dirinya telah menjadi korban pembajakan. Beberapa kawan di sekitarnya lantas memastikan situasi itu.

“Saya pun bikin pemberitahuan melalui FB bahwa WA saya dibajak. Selain minta maaf, saya juga minta teman-teman dan kenalan di FB untuk mengabaikan pesan apapun yang beredar melalui nomor WA saya,” paparnya.

Selama dalam pembajakan, Pak Le mengaku nyaris tak berkutik. Akses komunikasinya terhambat dan itu menimbulkan sensasi nyaris frustrasi pada dirinya.

Penantian panjangnya berakhir ketika 10 jam kemudian SMS baru diterima Pak Le. Isinya 6 digit angka sebagaimana dijanjikan pembajak di awal aksi.

Dengan perasaan waswas, dia pun nekat mempertaruhkan keberuntungannya. Meski dilanda kecemasan atas kemungkinan pembajakan yang berkelanjutan atau bahkan harus menghadapi situasi lebih parah, dia pun mengikuti instruksi yang tertera.

“Alhamdulillah, WA saya jalan lagi (dapat kembali diakses),” cetusnya.

Saat itulah, pesan-pesan WA dari keluarga, teman, rekan kerja, bermunculan di layar smartphone miliknya. Tak sedikit pesan tersebut berisi konfirmasi kepada dirinya.

“Ada yang dimintain pulsa 100.000-200.000. Ada juga yang dimintain uang karena saya kecelakaan atau anak saya sakit, nilainya lebih dari Rp1 juta,” beber pria beranak 3 ini.

Namun, dia bersyukur, tiada respon dari keluarga hingga kolega begitu menerima pesan dari pembajak yang mengatasnamakan dirinya itu. Menurutnya, rerata keluarga maupun kolega tak memercayai isi pesan tersebut.

Bahkan, seorang kawan Pak Le justru menjahili pembajak. Si pembajak sendiri diketahui tak menolak telepon masuk melalui WA.

“Pembajaknya selalu ngangkat telepon, tapi diajak video call nggak mau. Cuma kan suara, bahasa, dan gaya bicara saya beda dengan pembajak, makanya keluarga dan teman-teman nggak percaya itu saya,” terangnya.

Mengambil pelajaran dari kejadian itu, dia pun kini tak mau lagi membuka pesan secara sembarangan, baik melalui media sosial maupun aplikasi perpesanan.

Selain nyaris frustrasi karena tak bisa berkomunikasi dengan siapapun, Pak Le menilai kejadian itu telah mencemarkan nama baiknya.

“Saya juga merestart ulang smartphone. Ternyata setelah pembajakan itu, banyak nomor kontak saya yang hilang,” keluhnya.

Pengalaman serupa dialami pula Arif Rohidin, warga Desa Gombang, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon. Mengatasnamakan dirinya, pembajak mengirimi pesan kepada keluarga dan rekan-rekannya agar dikirimi uang jutaan rupiah.

“Banyak yang diminta uang. Alhamdulillah nggak ada laporan (keluarga dan rekan) yang kirim uang (kepada pembajak),” ungkapnya.

Namun, selama dibajak, Arif dikeluarkan dari semua WA Group yang diikutinya. Dia menceritakan, kejadian itu bermula ketika dirinya menerima pesan berisi kode.

“Awalnya ada yang pura-pura salah mengirim kode penjualan paket dari Alfamart. (Tersangka pembajak) minta dikirim balik, eh beberapa hari kemudian WA saya dibajak,” bebernya.

Mengatasi itu, Arif pun meminta salah satu rekan IT untuk memperbaikinya. Setelah merestart ulang smartphone miliknya, akses penuh atas WA pun kembali di tangannya.

Arif mengaku aksi itu telah merugikan karena energi dan waktunya yang berharga terbuang percuma. Produktivitasnya menurun akibat aksi pembajakan telah mengurangi intensitas komunikasinya dengan banyak pihak.

Tak hanya itu, dia pula melaporkan kehilangan data-data pada smartphone miliknya. Meski begitu, Arif memilih menanganinya sendiri melalui rekan IT yang dikenalnya, ketimbang melapor kepada pihak berwajib.

“Kalau dilaporkan juga sulit melacaknya,” ujarnya.


Like it? Share with your friends!

101

What's Your Reaction?

Marah Marah
0
Marah
Suka Suka
0
Suka
Kaget Kaget
0
Kaget
Muntah Muntah
0
Muntah
Sedih Sedih
0
Sedih
Ketawa Ketawa
0
Ketawa
Cinta Cinta
0
Cinta
Ngakak Ngakak
0
Ngakak