Kronologi, Jakarta – Aplikasi pesan instan WhatsApp yang selama ini gratis dan tanpa iklan, tampaknya tinggal menunggu cerita.
Rencana Facebook yang telah membeli WhatsApp sejak 2014 lalu, ogah lagi menggratiskan penggunanya dan ingin mencantumkan iklan dalam aplikasi tersebut.
Iklan yang nantinya muncul di stories WhatsApp akan mulai diberlakukan pada tahun 2020 ini, meski belum jelas kapan waktu pastinya.
Akan tetapi, penyematan iklan itu sudah jadi mutlak akan diberlakukan. Bahkan menurut laporan CNBC Indonesia, pada Senin 13 Januari 2020, jika pengguna ogah ada iklan di aplikasinya, maka harus membayar sebesar US$ 1 atau setara Rp 14.000 per tahun.
Ketentuan ini dibocorkan oleh dua analis media sosial yang kebetulan hadir dalam acara Facebook Marketing Summit di Berlin, Jerman pada Mei 2019 lalu.
Hal ini pun diakui oleh Matt Navarra, Konsultan Sosial Media melalui akun Twitter pribadinya. Para pengguna akan melihat iklan ketika mengintip WhatsApp Status orang lain, dan disitulah WhatsApp meraih pendapatan.
Kendati demikian, dua pendiri WhatsApp Brian Acton dan Jun Koum sebetulnya tak terima kebijakan Facebook yang dikomandoi Mark Zuckerberg tersebut. Makanya, keduanya pun memilih mundur dari perusahaan yang dibentuknya pada 2009 silam tersebut.
Keduanya tak sepakat dengan kehadiran iklan dalam platform chatting ini sementara Mark Zuckerberg ingin segera monetisasi ini dilakukan, seperti laporan dari Forbes.
Kehadiran iklan di WhatsApp sebenarnya sudah banyak diprediksi berbagai pihak. Pasalnya, Facebook Group merupakan platform periklanan terbesar di dunia di mana pendapatan lebih dari 80% pendapatan perusahaan berasal dari iklan.
Sebelum meninggalkan perusahaan, Acton mendatangi kantor Facebook untuk mencoba mengusulkan cara Whatsapp meraih keuntungan ke CEO Mark Zuckerberg.
Sesampai di sana, ia pun berselisih dengan tim hukum Facebook. Karena Facebook ingin menghasilkan uang melalui iklan, sedangkan Acton ingin membuat Whatsapp dengan biaya berlangganan.
“Pada akhirnya, saya menjual perusahaan saya,” kata Acton. “Saya seorang penjual. Saya mengakui itu.”
Dilansir dari Feedough, pekan lalu, dikatakan para pendiri Whatsapp membenci iklan dan menciptakan platform bebas iklan dengan fokus hanya pada pengalaman pengguna dan antarmuka yang bagus.
Saat membuat Whatsapp, Brian Acton dan Jan Koum ingin menciptakan sebuah platform instant messaging untuk pengguna dan bukan untuk perusahaan besar beriklan.
Untuk mendapat keuntungan, mereka memiliki cara yaitu pengguna diharuskan membayar tagihan. Jadi nantinya, Whatsapp akan memiliki versi berbayar dan dikenakan biaya tahunan sebesar $ 1 dari pengguna.
Sebelum rencana monetisasi, WhatsApp menghasilkan pendapatan dari WhatsApp Business yang ditujukan sebagai tempat berikan dan berkomunikasi penjual dengan pembelinya.
Jadi, mau pilih WhatsApp beriklan atau bayar Rp 14.000 per tahun?
Penulis: Dimas