Pakar Sebut Usaha Pelumpuhan WhatsApp Bukan yang Pertama

1 min


112
Pakar menyebut usaha melumpuhkan pesan instan Whatsapp seperti yang dilakukan dengan bom teks baru-baru ini bukan yang pertama.

Jakarta, StikerWA Indonesia — Pakar keamanan siber dari CISSReC, Pratama Persadha menjelaskan usaha untuk melumpuhkan aplikasi pesan instan Whatsapp bukan yang pertama.
Sebelumya, pada akhir 2019, pertengahan 2018 dan beberapa tahun sebelumnya juga terjadi. Penyebab utamanya adalah adanya bug pada WhatsApp, sehingga unicode character bisa digunakan untuk membuat crash aplikasi milik Facebook tersebut.
Pratama mengungkap peristiwa bug kali ini mirip dengan di akhir 2019. Saat itu crash membuat pemilik WhatsApp harus melakukan install ulang dan berisiko kehilangan beberapa chat, dokumen, gambar dan video yang belum dicadangkan di WhatsApp. “Saat seseorang mengirimkan pesan crash tersebut, korban akan gagal membuka WA nya kembali, karena itu perlu dihapus lalu di install kembali pada smartphone korban,” tutur Pratama saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (9/9).
Ia mengatakan pelaku menyebarkan kode crash ini dengan cara menggunakan grup WhatsApp. Hal ini bisa dilakukan karena jika pengguna tak mengubah pengaturan Privasi grup, maka siapapun bebas untuk mengundang Anda ke suatu grup meski orang tersebut tak tersimpan di kontak.
“Pelaku yang menyebarkan pesan crash ini memang menggunakan grup WA untuk mengirimkan pesan secara massal. Karena itu langkah preventif perlu dilakukan agar nomor kita tidak mudah dimasukkan ke grup oleh orang asing,” kata Pratama.
Pratama mengatakan yang bisa dilakukan oleh pengguna adalah menunggu pembaruan tambalan (patch) dari WhatsApp. Ia meminta agar pengguna langsung menginstall pembaruan tersebut untuk menghindari kode crash.
“Sembari menunggu update WhatsApp tiba, pastikan WhatsApp kita diatur atau diatur agar tidak semua orang bisa memanggil serta memasukkan kita ke grup. Pastikan hanya kontak dalam smartphone kita yang bisa memasukkan nomor kita ke grup,” tutur Pratama. 
Pratama menjelaskan kode crash ini harus jadi pelajaran penting bagi WhatsApp. Peristiwa yang berulang terjadi pada aplikasi dengan pemakai lebih dari 1,5 milyar orang, disebut Pratama sangat mengecewakan sebagian besar penggunanya.
“WhatsApp sendiri memang sering diterpa isu miring soal keamanan. Terakhir sepanjang 2018 dan 2019 WhatsApp berurusan dengan isu keamanan terkait malware Pegasus yang memanfaatkan celah keamanan pada WhatsApp untuk masuk ke ponsel orang lain dan mengambil alih sekaligus memata-matai seluruh kegiatan korbannya,” ujarnya.
Sebelumnya, pengguna Whatsapp mengeluh mereka menerima kode berbahaya yang membuat aplikasi pesan instan itu lumpuh.
Pengguna WhatsApp lantas disarankan untuk tidak mengirimkan chat berisi kode itu ke teman, keluarga, atau kontak lain, meski mengirimnya sebagai bahan lelucon.
Pakar privasi digital di ProPrivacy, Ray Walsh mengatakan fenomena tersebut sangat memprihatinkan karena banyaknya pengguna WhatsApp secara global, yang setidaknya berjumlah sekitar 1,5 miliar. Diperkirakan pesan berbahaya berupa bom teks ini berasal dari Brasil. (jnp/eks)
[Gambas:Video StikerWA]


Like it? Share with your friends!

112

What's Your Reaction?

Marah Marah
0
Marah
Suka Suka
0
Suka
Kaget Kaget
0
Kaget
Muntah Muntah
0
Muntah
Sedih Sedih
0
Sedih
Ketawa Ketawa
0
Ketawa
Cinta Cinta
0
Cinta
Ngakak Ngakak
0
Ngakak